Monday 27 November 2006

h a m p a

Sumpallah liang telinga

Detak jam yang berpadu dengan degub jantung

Dan tetesan air kran yang bocor

Tak memberi kita penjelasan

Tentang waktu yang selalu berlalu

Pejamkanlah mata,

Garis cakrawala di depan kita

Dengan hamparan mega dan mentari senja

Tak pernah menggambarkan

Apakah kita tengah mendekati tujuan

Ataukah hanya sekedar menjauhi permulaan

Berhentilah bicara,

Kita tak pernah bisa menaksir nilai kata-kata

Yang keluar dari mulut kita dan memenuhi udara

Tutuplah hidung,

Kita tak pernah sanggup mengenali aroma nasib

Dan mencium bau petaka

Telanlah lidah,

Yang tak dapat membedakan rasa

Dan mengecap manisnya nestapa

Percayalah pada apa yang ada di depan kita

Dan naluri yang memberi kita pertanda

Tanpa mengagungkan indera

Dan teruslah melangkah, entah ke mana

Karena, apalah artinya memiliki cita-cita?

September 1998

No comments: